hi friend!

Senin, 13 Februari 2012

Taman




Perpaduan antara Taman Jepang dan Taman Islam
Sebagai Solusi Alternatif Pemenuhan Kebutuhan RTH dalam Tata Kota
di Indonesia
Oleh : Eni Solekah

PENDAHULUAN
Panas, pengap, banyak debu yang beterbangan kondisi seperti ini lah yang saat ini kita temukan di Indonesia khususnya daerah perkotaan. Ruang terbuka hijau yang terdapat di perkotaan ternyata belum dapat memberikan manfaatnya, menurut saya hal ini dikarenakan volume RTH sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah kendaraan dan ruang pemukiman serta gedung – gedung. Sehingga, polusi masih saja menjadi masalah di Indonesia. padahal Inmendagri sudah mengatur tentang luas RTH yaitu 40% dari luas kota. Namun, menurut data yang saya dapat rata – rata baru 10% uas RTH disetiap kota di Indonesia. Kota-kota di Indonesia yang berpeluang menambah luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) hingga 30% dari luas wilayah kotanya adalah  Bogor 19,32%, Surakarta 16%, Jakarta 9,8%, Surabaya 9%, Bandung 8,8%,, Medan, 8%, Palembang 5%, Malang 4%, Jambi 4%, Makassar 3% (Yanuar, 2011). Hal ini karena banyaknya pengalih fungsian lahan. Seperti contoh yang terjadi pada provinsi Jawa Barat yang terlihat pada table berikut ini :
RTH atau ruang terbuka hijau pada dasarnya mempunyai peran untuk menurunkan kadar polusi udara kota, menyapu debu permukaan kota, dan meredam kebisingan kota, sehingga dapat memberikan manfaat berupa menurunkan suhu udara kota, meningkatkan kualitas udara kota, dan menyegarkan udara kota. Bentuk dari RTH sendiri dapat berupa hutan kota, taman kota, jalur hijau kota, serta kebun dan pekarangan.
Dalam konteks pemanfaatan maka pengertian RTH kota mempunyai lingkup yang lebih luas dari sekedar hijau tanaman, sehingga mencakup pula pengertian dalam bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, RTH kota juga bisa berupa ruang terbuka kawasan pantai, dataran banjir sungai, ruang terbuka pengaman jalan tol, dan ruang terbuka pengaman kawsan bahaya kecelakaan di ujung landasan bandara (Hakim dan Utomo, 2004).
Berdasarkan uraiaan diatas tentang sedikitnya RTH yang tersedia saat ini dan pentingnya peran RTH dalam tatanan kota penulis (saya) akan menguraikan tentang satu bentuk taman yaitu perpaduan antara taman Jepang dan taman bercorak islam sebagai solusi alternatif pemenuhan kebutuhan RTH dalam tatanan kota.

Taman Jepang
Karakteristik Taman Jepang
Taman Jepang pada dasarnya taman yang dibangun dengan gaya tradisional Jepang. Prinsip dasar taman Jepang adalah miniaturisasi (membuat versi mini) dari lansekap atau pemandangan alam sepanjang empat musim di Jepang. Elemen dasar seperti batu-batu dan kolam dipakai untuk melambangkan lansekap alam yang berukuran besar.
Taman yang berukuran besar biasanya dilengkapi dengan bangunan kecil seperti rumah teh, gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil). Kadang-kadang diantara gedung dan taman kadang-kadang dibangun ruang transisi berupa beranda sebagai tempat orang duduk-duduk. Dari beranda, pengunjung dapat menikmati keindahan taman dari kejauhan. Tidak semua taman Jepang dirancang untuk dimasuki atau diinjak orang. Sejumlah taman dimaksudkan untuk dipandang dari kejauhan seperti dari dalam gedung atau beranda. Di taman yang dibangun untuk dipandang dari jauh, orang dapat melihat sekaligus semua elemen didalam taman.


ELEMEN DASAR
Elemen dasar dalam taman Jepang adalah air, batu, dan tanaman.

AIR : Selain sebagai sumber kehidupan, juga digunakan untuk menyucikan benda dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari sungai untuk membuat kolam dan air terjun.

TANAMAN : Pohon, perdu, bambu, rumpun bambu, lumut, dan rumput adalah benda hidup yang tumbuh seiring dengan musim sebelum menjadi tua dan mati. Berbeda dengan taman gaya Eropa yang dihiasi warna-warni bunga dan perdu, taman Jepang, hanya berupa hamparan pasir seperti di Kuil Zen. Taman-taman dirumah teh hanya menggunakan tanaman berdaun hijau dan pohon maple yang daunnya menjadi merah di musim gugur.
Sedangkan perbedaan antara lereng gunung, padang rumput, dan lembah dilambangkan dengan pemakaian berbagai macam spesies pohon dan perdu yang dipotong dan dipangkas hingga menyerupai berbagai bentuk. Pohon dan perdu juga dipakai sebagai penghubung antardua lokasi pemandangan di dalam taman. Bukit-bukit buatan dibangun dari gundukan tanah.

BATU : Melambangkan keabadian. Batu-batu disusun untuk menyerupai bentuk-bentuk alam seperti pegunungan, air terjun, dan pemandangan laut, dan dipilih berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun. Batu-batu berukuran sedang digunakan sebagai batu pijakan (tobiishi, arti harfiah batu loncatan) yang dipasang bersela-sela di jalan setapak. (sumber, Rudy Dewanto)

MODEL DAN GAYA
1.      Taman gaya shinden-zukuri (shinden-zukuri teien) taman dibangun di halaman tengah rumah kediaman bangsawan yang dibangun dengan gaya arsitektur shinden-zukuri.
2.      Taman gaya jōdo (jōdoshiki teien). Ciri khas taman ini adalah kolam yang ditanami seroja. Tata letak taman dibuat menyerupai bentuk mandala dalam ajaran Jōdokyō.
3.      Taman batu Jepang (karesansui). Di taman batu Jepang, batu, kerikil, pasir dipakai untuk menggambarkan air terjun dan pasir berwarna putih dihamparkan untuk menggambarkan air mengalir. Air sama sekali tidak digunakan sebagai elemen taman. Taman batu Jepang dibuat hanya untuk dilihat dari satu sudut pandang.
4.      Taman gaya shoin (shoinshiki teien). Merupakan gaya taman Jepang yang paling umum. Taman dibangun menghadap atau mengelilingi shoin (bangunan atau ruangan besar tempat menerima tamu). Ciri khas berupa batu-batu ukuran besar untuk menggambarkan pemandangan gunung.
5.      Taman teh (chaniwa atau roji) adalah sebutan untuk taman kecil yang dilengkapi jalan-jalan setapak yang dibangun di sekeliling rumah teh. Susunan batu pijakan didesain untuk mengatur kecepatan langkah orang menuju ke rumah teh. Penempatan tanaman dan batu ditentukan oleh masing-masing aliran upacara minum teh. Taman model ini dilengkapi dengan wadah batu berisi air (tsukubai) dan lentera batu.
6.      Taman gaya kaiyū (kaiyūshiki teien atau shisen kaiyū). Merupakan perpaduan dari taman gaya shoin dan taman teh. Ciri khasnya adalah ukuran taman yang besar dan dilengkapi kolam dan batu-batu. Di dalam taman dibangun taman-taman teh berukuran kecil yang tersebar di beberapa tempat dan dibangun jembatan-jembatan untuk menghubungkan.
7.      Taman daimyo (daimyō niwa). Lahan datar di kota sekeliling istana dibuat sebagai miniatur pemandangan terkenal di berbagai tempat di Cina dan Jepang. Di dalam taman jenis ini hampir selalu dibangun kolam. Keindahan taman dinikmati orang sambil berjalan di jalan-jalan setapak yang dibangun di dalam taman. (sumber : Wikipedia dalam Rudy Dewanto)






           
Gb. Taman Teh Jepang


Taman Islam
 Gb. Taman Islam

Desain arsitektur taman islam
Taman islam memiliki lay-out dalam simetri yang harmonis  dengan bentuk geometris berujung delapan octagons bintang, dan persegi panjang. Ini disusun sesuai dengan harmonis dan simetris sehingga taman menjadi teratur dan memiliki pola geometris yang indah. Ini mengungkapkan cita-cita keselarasan dan ketertiban dalam Islam. Adapun ciri karakteristik khusus dari taman Islam ialah berusaha menciptakan sebuah taman yang bersifat memberikan keindahan, kesejukan, keteduhan, keamanan, keterbukaan, keragaman, keseimbangan , kemudahan dan kepatutan. Berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan di atas maka dapat kita tarik suatu ‘benang merah’, yaitu bahwa taman Islam sesungguhnya merupakan suatu taman yang bersifat universal dan dibuat untuk memenuhi konsumsi panca indera sebagai kebutuhan dasar setiap manusia.
Hal yang membedakan taman Islam dari taman yang lainnya adalah adanya sifat kepatutan yang ingin dimunculkan di dalam disain taman Islam. Sifat kepatutan ini dapat diwujudkan dengan menghindari elemen-elemen yang menyimpang dari ajaran Islam, seperti patung ataupun dengan menciptakan suatu taman yang bersifat terbuka, yang memungkinkan dilakukannya pengawasan antar sesama. Melalui hal ini diharapkan akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perbuatan-perbuatan yang bersifat negatif seperti kejahatan perampasan, penodongan dan asusila.
Konsep taman islam
Adanya elemen air di dalam taman,berupa kran-kran air yang berfungsi sebagai sarana untuk benvudhu atau bersuci. Selain itu juga terdapat kran air khusus yang berfungsi sebagai focalpoint pada taman utama, yang dapat memancar sewaktu – waktu. Pembagian ruangan menggunakan pola simetris disesuaikan dengan kondisi tapak yang ada. Penggunaan pola segi empat merupakan salah satu cara untuk memudahkan orientasi arah, khususnya arah kiblat.
Pemberian pilihan atau alternatif kepada para pengguna taman dilakukan dengan disediakannya berbagai jenis tanaman buah dan obat-obatan, kran-kran air untuk berwudhu dalam jumlah yang mencukupi, serta adanya akses masuk menuju mesjid dari berbagai arah. Unsur warna dan aroma ditampilkan pada tapak dengan penanaman tanaman yang Penanaman kelompok pohon peneduh sebagai pemberi naungan yang bersifat fisik dan psikis.
Taman Islam juga menjadi suatu simbol bagi keterbukaan, dimana taman berfungsi sebagai open space (ruang terbuka). Perlu dihindarkan elemen-elemen taman yang dapat melukai atau membahayakan keamanan pengguna tapak. Penanaman vegetasi pada ruang penyangga menggunakan tanaman yang memiliki tajuk di atas pandangan mata atau yang bersifat tembus pandang (tidak terlalu rapat). menghasilkan aroma tertentu ataupun yang memiliki keragaman warna.
Jenis tanaman dominan pada konsep taman Islam ini terutama dari jenis tanaman yang memiliki sifat dapat memberikan naungan (peneduh), peredam kebisingan (bunyi) dan tanaman produksi (buah dan obat-obatan) yang dapat dinikmati secara langsung oleh pengguna tapak dan masyarakat sekitarnya



PEMBAHASAN

Lalu bagaimanakah perpaduan antara taman Jepang dan taman Islam sebagai solusi alternatif pemenuh kebutuhan RTH? Padahal dari segi keagamaan dan kultur kebudayaan kedua karakter taman ini berbeda Jepang syarat dengan budaya agama Budha-nya dan taman Islam jelas dengan budaya agama Islamnya. Disini penulis tidak mutlak melihat perbedaan kebudayaan dari kedua agama itu, tetapi yang dilihat adalah pengaturan dari kedua jenis taman tersebut. Taman Islam dengan sifatnya yang simetris dan harmonis sehingga taman memiliki geometris yang teratur, dengan ciri ini dapat diciptakan taman yang memberikan keindahan, kesejukan, keteduhan, keamanan, keterbukaan, keragaman, keseimbangan , kemudahan dan kepatutan.
Dari uraian tersebut saya berpendapat kalau taman islam diaplikasikan dalam penataan ruang kota. Mulai dari keteraturan tata letak permukiman, gedung – gedung (perkantoran swasta, lemabaga pemerintahan dan tempat – tempat umum, serta RTH), keteraturan tata prasarana transportasi yang kemudian memiliki satu ujung vocalpoint yang menjadi ciri khas kota tersebut.
Sedang untuk taman Jepang yang bersifat asimetris dan naturalis diaplikasikan pada taman – taman kotanya, taman di gedung – gedung perkantoran.  Ambil saja kota Palembang sebagi contohnya. Pada penataan ruang kota Palembang diterapkanlah konsep taman Islam. Hal yang menonjol dari Palembang adalah jembatan Amperanya, nah jembatan inilah yang dijadikan vocalpoint pada konsep tata ruang kota Palembang. Kemudian dibagian kota Palembang yang lain dibuat vocalpoint – vocalpoint kecil yang mengarah pada letak jembatan Ampera. Di daerah sekitar jembatan tersebutlah dibangun sebuah taman kota yang cukup besar dengan menggunakan konsep taman Jepang. Karena tata ruang yang digunakan adalah konsep taman islam maka akan tercipta taman Jepang kembar (taman Jepang yang dibuat pada sisi kanan dan kiri dari sungai dan kira kanan jalan).
Walau konsepnya taman Jepang tapi tetap diisi nuansa keislamannya, dengan cara dibuatnya mushalla kecil pada taman untuk beribadah para pengunjung. Kenapa mushalla? Karena kebanyakkan penduduk Palembang adalah muslim dan beribadah 5 waktu dalam seharinya. Sehingga di taman ini muncullah perpaduan taman islam dan taman Jepang dengan wujud taman Jepang bernuansa Islam.
Rancangan secara kasarnya pada taman disekitar ampera berbentuk bulat dibagi empat bagian oleh aliran air sungai dan jalan raya, jari – jari lingkaran 20 meter. Gaya taman Jepang yang dipakai adalah taman gaya kaiyū. Dengan dibangunnya gazebo besar untuk beristirahat para pengunjung dan gazebo – gazebo kecil sebagai tempat pengunjung menikmati jajanan yang ada. Kemudian ada bangunan rumah ibadah (mushallah). Penambahan jalan setapak dari batuan koral yang menghubungkan antara gazebo dan fasilitas – fasilitas lain. Lalu ada juga jalan yang lebih besar sebagai sarana transportasi keluar masuk pengunjung. Didalam taman pengunjung dilarang menggunakkan kendaraan bermotor.
Kemudian konsep tataruang kota yang lain yaitu pemusatan gedung perkantoran khusus pemerintahan. Jadi, seluruh kantor pemerintahan ada dalam satu lingkup ruang. Bentuk lahan yang digunakan adalah heksagonal dimana kantor – kantor tingkat kota berada dipinggir kemudian ditengah – tengahnya ddiletakkan kantor pemerintahan provinsi dengan perangkat – perangkatnya. Diantara gedung itulah dibuat taman islam.
Dan selanjutnya penerapan taman atap dapat diaplikasikan pada gedung – gedung dan rumah besar yang tidak menyisakan lahan untuk halaman yang cukup untuk dibuatnya taman disekitar gedung dan rumah tersebut. Penerapan taman atap ini seperti pada taman atap di Osaka, Jepang.
a.                                                                                                                                                          b.
Gb. a. Mal Namba Park, Osaka, b. gedung dengan green roof

Vocalpoint – vocalpoint kecil yang dimaksud adalah taman – taman kecil pada ruas – ruas kota. seperti pertigaan atau taman – taman kecil di kota seperti KI dan hutan lindung Puntik Kayu. Kemudian, pemanfaatan lahan rawa sebagai lahan pertanian dan hutan lindung habitat rawa lebak.
Gb. Ampera tampak atas saat ini

PENUTUP

            Konsep tataruang kota untuk pemenuhan kebutuhan RTH pada kota di Indonesia yang saya tuliskan ini baru sebuah pendapat dengan data – data yang didapat tanpa terjun langsung ke lapangan namun dari internet belaka. Yang kemudian dipadukan dengan pengetahuan yang saya ketahui dari kedua bentuk taman tersebut. Taman ini pada dasarnya saya tulis untuk memenuhi kebutuhan RTH yang seharusnya minimal mencapai 30% dari luas wilayah kota. Dengan alternatif pemusatan gedung pemerintahan dan pembuatan publick center (berupa taman), selain itu pembuatan vocalpoint – vocalpoint kecil pada setiap ruas kota dimaksudkan agar luas RTH dapat dipenuhi tanpa mengganggu aktivitas masyarakat kota dan tetap menjaga kebersihan udara.
DAFTAR PUSTAKA
Yanuar. 2011. Ruang Terbuka Hijau. (online) (http://unikonservasifauna.org/2011/02/ruang-terbuka-hijau/). Diakses, 26 Desember 2011.
Dewanto, Rudy. 2010. Taman Jepang. (on-line) (http://www.rudydewanto.com/2010/04/taman-jepang.html). Diakses, 26 desembar 2011.

NB : maaf tulisan ini belum direvisi ulang, baru ditulis saat ada tugas sehingga kesannya memaksakan dlm ide2nya.

2 komentar:

  1. Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
    tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D

    BalasHapus
  2. ^_^

    terima kasih atas komentarnya

    BalasHapus