hi friend!

Sabtu, 28 Mei 2011

belum bisa ku pahami

hm...sulit untukku pahami apa yang terjadi sekarang. entah dunia apa ini? aku hanya ingin berjalan sesuai dengan yang IA tuliskan untukku, tapi akhir - akhir ini aku tak habis fikir dengan apa yang terjadi. kawan - kawan yang selalu meneriakkan tentang tali persaudaraan tapi nyatanya ku lihat sekarang sudah semakin renggang. aku menjadi sangat asing dengan mereka. aku yamg dulu asing dengan mereka, mencoba untuk masuk dan berjalan dengan mereka, tapi kenapa ditengah jalan ini aku merasa asing kembali, hanya segelintir orang yang masih mengerti aku. apa yang terjadi saudaraku?

Jumat, 25 Maret 2011

Perjalanan Mudik


PERJALANAN MUDIK!!!
            Ku buka mata ku, terasa masih sangat berat. Ku perhatikan sekelilingku, sepi, hening, hanya terdengar suara deru mesin dan dengkuran dari seseorang yang duduk disebelahku. Ku lirik jam dihand phoneku, “astagfirullah, sudah memasuki ashar”. Hm…ku buka tirai jendela bus yang kusam ini, rasa kecewa memenuhi relung hatiku, saat aku melihat keluar bus.
“kapan nyampainya? Kok baru nyampe’ sini?OMG!!!”, jeritku penuh emosi. Namun, jeritan itu hanya dalam hatiku.
Gubrak…
Hm…ini nih kalau berangkat tengah hari bolong. Ku hempaskan kepalaku disandaran kursi mobil yang sebenarnya tidak empuk ini. Ya, hari ini aku mudik, pulkam atau apalah sebutan perjalanan orang kembali ke kampung halaman dari negeri rantau. Aku mudik bersama dengan teman ku satu SMA dulu. Oya, aku Aisyah seorang mahasiswi bertubuh mungil yang terkadang orang menilai aku masih anak SMA, aku kuliah diprogram studi Agroekoteknologi sebuah PTN di Sumatera Selatan. Temanku bernama Oya, tubuhnya hampir sama dengan aku. Terkadang kami dibilang kembar walau beda. Hehehe... ya, karena dia memiliki paras yang lebih cantik dari aku. Oya sendiri kuliah di jurusan Arsitektur di PTN yang sama denganku. Ke pulangan kami kali ini dalam rangka liburan akhir semester genap. Walau libur cukup lama namun, g’ bisa merasakannya. Karena, aku ambil SP dan juga banyak kegiatan yang harus dilaksanakan jadi harus sering ngampus dech, tadi saja sebelum berangkat aku harus ke kampus dulu untuk rapat, hm...bukan sok sibuk sich tapi memang tuntutan propesi, he.... Aku pulang sebelum jadwal SP mulai, walau cuma satu minggu tak apalah, sudah cukup menghapus rindu pada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman.

***
        Aku masih menyandarkan kepalaku pada sandaran bangku, tiba – tiba rasa penasaran melihat keadaan keluar memuncak, membumbung, memenuhi kepalaku. Otakku terus berputar, rangsangan dari rasa penasaran tadi diterima baik oleh otak sampai akhirnya dengan keberanian, ku buka tirai jendela. Mataku berbinar, rasa bahagia terpancar dari wajahku. Ku tatap lekat – lekat, ku perhatikan dengan seksama, perlahan ku baca tulisan yang tertulis disebuah tembok yang berdiri kokoh. “SELAMAT DATANG DI PROPINSI LAMPUNG”, ku usap mataku, ku belalakan kembali bola mataku, ku baca ulang tulisan itu untuk meyakinkan diriku sendiri. Ternyata benar, aku tak sedang bermimpi. Untuk meyakinkan kembali ku cubit lenganku, Au...rasa sakit menjalar dari cubitanku, akhirnya aku yakin dengan apa yang aku lihat. Rasa senang tak dapat ku pendam, senyum tipis ku lukis diwajahku. “Alhamdulillah…”rasa syukur dengan spontan keluar dari mulutku. Namun perjalanan masih panjang, masih harus menunggu 2 – 3 jam lagi.
            Aku memang berasal dari daerah siger mas, propinsi Lampung, tak jauh dari Sumatera Selatan, pernah waktu itu ada yang bertanya mengapa aku ke sumsel? Mengapa tidak ke Jawa saja, biar sekalian jauh. Dengan tenang aku selalu menjawab, ”ah, g’ apa – apa, toh sama saja”, sambil terukir senyum tipis di wajahku. Menurutku dimanapun aku menuntut ilmu itu tak masalah bagiku asalkan aku rajin dan tekun pasti hasilnya akan sama saja dengan yang belajar di luar negeri sekalipun. Bukan sombong atau apa, ini hanya ucapan untuk menguatkan diriku, untuk menyadarkanku akan realita yang ada.
Semenjak memasuki propinsi tercinta pandang mataku tak pernah lepas dari pemandangan sekitar. Tiba – tiba ku rasakan ada yang mencolek lenganku, ku alihkan pandanganku ke orang berbadan gemuk yang duduk disebelahku. “mau apa sich?”pikirku. Ini nich salah satu bahaya seorang perempuan melakukan perjalanan jauh, makanya agama kita mengatur juga masalah perjalanan jauh untuk seorang muslimah, indahnya agamaku.
“temen kamu uda mau turun, kamu g’ turun?tanyanya sambil menunjuk temenku yang sedang bersiap – siap akan turun.
“mmm…beda ko’. Jawabku sambil memandang temenku.
Yah, bentar lagi temenku turun, berarti bentar lagi dia akan segera bertemu dengan kedua orang tuanya. Huh, aku masih harus menunggu 2 – 3 jam lagi. Kembali ku tatap keluar, fikirku melayang menjelajah keluar.
***
        Perjalanan sudah cukup lama, akhirnya sampai juga di Simpang Pematang, tak jauh dari situ Simpang Penawar, dan terus sampai Unit II yang disitu terdapat pasar pusat kabupaten ku, yang selalu ramai oleh para pedagang dan pembeli. Hm…indahnya kabupatenku, Tulang Bawang …
Tiba – tiba ku tersentak, terbangun dari lamunku, syaraf sadarku bekerja.
“ sudah sampai Unit II…Ya Allah semoga tidak berhenti di RM Gadang Jaya I, bisa – bisa nyampai rumah jam 10 malam.” Do’aku dalam hati.
            Bis terus melaju, akhirnya Allah kabulkan do’aku, bis tak berhenti di RM. Hm…tak lepas mataku memandang sekitar, rumah – rumah penduduk diatas aliran Way Tulang Bawang, ikan asin khas Menggala terjejer dipelataran, sengaja diletakkan disitu untuk menarik para pejalan jauh. Ku rasakan suasana masih sama. Tapi, entah mengapa makin lama ku rasakan makin lama, laju mobil ini makin pelan saja. Bikin aku geram…ingin rasanya ku berlari kedepan mengambil alih kemudi atau lebih baik aku loncat keluar saja lalu berlari sekuat tenaga.
”Tuit!!!”bodoh!!! itu tak mungkin Aisyah…” ku terbangun dari angan – angan konyolku.
Setelah ku lihat – lihat, “o…ternyata macet.”ucapku dalam hati sambil terbentuk huruf o kecil pada mulutku tak bulat sempurna.
“Huft…” dengusku.
“hm…bakal lama nech!” batinku.
            Satu jam kemudian mobil yang ku tumpangi telah memasuki kota Menggala, tampak disana Sessat agung rumah adat Lampung, kemudian pasar pagi, dan yang paling bersejarah Islamic center, asrama tercinta selama tiga tahun, sekarang sepi g’ kayak dulu saat aku dan teman – temanku tinggal disana. Jadi kangen sama alumni SMANDA GALA ’06. Kota Menggala telah terlewati sekarang memasuki kampung tua, tampak jelas di mataku SMA tercinta SMANDA GALA, walau sakit yang tergores di hati ini, tapi disanalah selama tiga tahun aku menuntut ilmu. Tak jauh dari sekolahku terdapat RSUD Menggala dan sebenarnya ini dulu yang membuat kami selalu bersyukur, menghibur diri dari kekesalan kami pada Bupati yang telah mencanangkan program sekolah gratis, kami menghibur diri dengan ali - alih karena bersebalahan dengan rumah sakit jadi kalau ada apa – apa bisa langsung kesana tanpa harus mengeluarkan biaya lebih untuk transportasi, apalagi jika pihak rumah sakit sudah sudah tak sanggup maka langsung aja dibawa kedepan sekolah, soalnya disana adalah pemakaman umum. He…maka dari itu sekolah kami dijuluki sekolah paling strategis (kerenkan?). didepan rumah sakit berdiri kokoh, menjulang tinggi universitas Megou Pak Tulang Bawang.
            Kemudian, ku lirik jam di handphoneku, ups…ternyata hpku mati. Kira – kira saat ini pukul 18.30, berarti tak lama lagi bakalan sampai diperempatan deket loket tempat biasa aku turun. Aku sudah tak sabar. Larut kembali dalam lamunan.
Entah berapa lama telah berlalu, tampak tugu perbatasan yang tertuliskan SELAMAT JALAN DARI KABUPATEN TULANG BAWANG, berarti tak jauh lagi. Ku kenakan jaket organisasi tercinta di kampus di belakang jaket itu tertulis dengan jelas KULIAH DIUTAMAKAN, DAKWAH DIWAJIBKAN, kata – kata yang selalu membuat aku merinding setiap membacanya. Lalu, ku kalungkan tali tasku pada pundakku, ku raih plastik yang berisi oleh – oleh, walau cuma kelengkeng. Kemudian, ku berjalan dengan mantap kedepan, seperti seorang mujahidah menerobos musuh dalam peperangan (g’ segitunya kale’) setelah dekat dengan pak sopir, dengan pembawaan yang berwibawa, dengan ucapan yang diplomatis ku ucapkan satu kata, “STOP!!!”
Hm…entah suaraku yang kurang kuat atau pak sopir yang g’ denger ya? terlewat 100m, bt’ dech, akhirnya dengan lemah, letih, lesu, lunglai aku turun lalu berjalan menuju loket. Sesampainya di loket mata memandang liar sekeliling. clingukan. Akhirnya mataku mendapati sesosok yang sedari tadi dicari, “bapak!!!”teriakku. kusalami tangannya, kucium punggung tangannya. Tanpa menanyakan kabarku, bapak langsung ngomel, karena pukul 19.20 aku baru sampai. Hanya maaf yang bisa ku ucapkan. Kemudian aku pulang ke rumah dengan dibonceng bapakku dengan motor butut kami. Kurang lebih butuh waktu 40 menit untuk sampai di rumah. Walau sedang mengendarai motor bapakku masih saja ngomel padaku, huft…yah jurus paling ampuh, ku pergunakan, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
            Ku pandangi keadaan sekitar, tak ada yang berubah, karena belum lama ku tinggalkan. Mataku pun terpesona pada indahnya sinar bintang – bintang di langit, semakin menarik berpadu dengan sayunya sinar rembulan yang masih tampak separuhnya.
“Subhanallah! Indahnya ciptaan-MU Ya Rabb!!!”seruku dalam hati.
Suasana jadi sepi, karena bapakku sudah berhenti mengomeli ku, mungkin sudah capek, sekarang beliau lebih fokus dengan jalanan dan motor. Kantuk menyerangku, ku sandarkan kepalaku pada punggung bapakku, aku rindu saat – saat seperti ini. Ingatan ku jauh kebelakang mengungkap kembali peristiwa – peristiwa yang ku alami dengan bapak saat usiaku masih belita, aku selalu digendongnya. Saat – saat yang selalu ku rindu. Tertidur.
            Tiba – tiba saja ku rasakan tubuhku seakan – akan ingin terjatuh, sontak ku buka mataku. Ternyata, bapakku mengendarai motor bak Valentino Rossi bukan karena bapakku ingin ugal – ugalan tapi jalanan berlubang dengan lubang yang tak tertata letaknya sehingga harus ngepot – ngepot.
            Akhirnya kami sampai di pasar Mulya Asri, ramai. Hm…sudah lama g’ maen ke pasar, ingin rasanya…tapi belum sempat niat itu terucap, aku teringat dengan isi dompetku, huh gagal dech buat shopping. Sudah terbayang suasana ramai pasar esok hari, apalagi esok pasaran di pasar Dayamurni.
”arep mangan dikek ora?” bapak bertanya padaku, membuat lamunanku buyar. ”ah, engga’ males, maem nang omah wae!” jawabku. Aku memang tinggal di Lampung, namun bapak dan ibuku asli suku Jawa, dan keseharian di rumah kami selalu menggunakan bahasa Jawa.
            Motor terus melaju, tanjakkan demi tanjakkan kami lewati, suasana saat itu tidak terlalu sepi, malah terlihat beberapa remaja duduk – duduk sambil mangobrol di halaman rumah salah satu dari mereka.
***
Akhirnya 40 menit terlewati sudah, tepat pukul 08.00 aku sampai di rumah dengan senyum sumringah khas ibuku, aku disambut. Ku salami tangannya, ku cium punggung tangannya, diciumnya kedua pipiku. Setelah itu ku kira ibu akan menanyakan kabarku baik – baik sajakah. Tapi, ibu tak ubahnya seperti bapak, aku langsung diomelin. Huft…jurus ampuhku ku keluarkan lagi. Lalu ku berlari ke kamarku, ku hempaskan tubuhku di kasur, ah aku kangen kamar ini. Tidur.

surat inspirator

Untumu Sang Inspirator
Assalammu’alaikum,wr.wb.
            Apa kabar sang inspirator? Semoga selalu dalam lindungan-Nya. Hm…mungkin kamu akan tercengang saat membaca surat ku ini. Maaf sebelumnya bila itu benar terjadi.
            Melalui ini akan ku katakan kalau kamu lah sang inspirator dalam setiap langkahku, orang yang selalu memberi inspirasi dalam ide – ide ku. Percayalah…karena ini bukanlah ucapan seseorang yang sedang merayu kekasihnya, ini ucapan seorang insan yang selalu melihat akan dirimu, ucapan seorang insan yang selalu bersamamu, dan ucapan seorang sahabat kepadamu.
            “Tidak mungkin?”
Tidak sobat ini mungkin. Karena kita melangkah bersama dalam jalan ini, membuat aku sadar kamulah sang inspirator dalam ide – ide ku selama ini, penyemangat saat ku rasa langkahku semakin gontai, penyejuk saat aku rasakan gersangnya perjalanan ini, menghilangkan rasa dahagaku saat aku haus dalam pergerakan ini, pemberi nasihat saat aku menyimpang dari jalan ini, dan tempat bersandar saat aku merasa jenuh dalam jalan ini.
            Bila kamu belum juga yakin, tengoklah kebelakang, tengoklah perjalanan yang telah kita lalui bersama. Saat semua terasa pahit, menyedihkan, sakit, duka lara, haru, bahagia, canda tawa menghias dalam langkah kita. Terkadang perseteruan antara kita terjadi, namun kita tetap masih bersamakan? Uhkuwah kita tetap terjalinkan?
Saat aku tak mempercayaimu, kamu yakinkan aku. Saat aku sendiri, kamu mendekat padaku, saat aku merasa kekurangan, kamu melengkapinya. Bila kamu masih tak percaya denagn ucapanku, maka diamlah sejenak, merenunglah sejenak, bayangkan akan aku dan dirimu, maka kamu akan dapatkan kepercayaan itu. Yakinlah sang Inspirator.
            Tak banyak yang bisa ku tulis, karena tak ada kalimat indah yang mampu mengungkapkan rasa ini padamu, biarlah rasa ini tetap ku letakkan disudut hatiku, tetaplah kamu berjalan bersamaku dalam jalan ini, tetaplah menjadi inspirator bagiku, janganlah menjauh, karena keberadaanmu cukup berpengruh dalam langkahku. Lebay mungkin kata – kataku, namun inilah aku yang selalu menganggapmu seperti ini, menjadikan sahabat – sahabatku sebagai orang “wajib” dalam hidupku, menjadikan orang – orang disekitarku sebagai inspirator, mengikuti barisan inspirator terhebat “Rasulullah”.
            aku adalah anak ayam yang bermimpi menjadi elang
            aku adalah itik yang ingin jadi angsa putih
            aku yang selalu merasa kurang
            namun,
            kau hadir dalam keputus asaanku
            memberi warna yang indah
            membuat aku sadar, inilah aku
            membuat aku bersemangat kembali
            membuat aku tersenyum kembali
            dan tetaplah bersamaku
            bersama dijalan ini

NB : surat ini untuk seluruh orang yang ada didekatku, sahabat – sahabat ku.

Indralaya, 15 Desember 2010
Sahabatmu

Rabu, 09 Maret 2011

cerita

PERJALANAN MUDIK!!!
            Ku buka mata ku, terasa masih sangat berat. Ku perhatikan sekelilingku, sepi, hening, hanya terdengar suara deru mesin dan dengkuran dari seseorang yang duduk disebelahku. Ku lirik jam dihand phoneku, “astagfirullah, sudah memasuki ashar”. Hm…ku buka tirai jendela bus yang kusam ini, rasa kecewa memenuhi relung hatiku, saat aku melihat keluar bus.
“kapan nyampainya? Kok baru nyampe’ sini?OMG!!!”, jeritku penuh emosi. Namun, jeritan itu hanya dalam hatiku.
Gubrak…
Hm…ini nih kalau berangkat tengah hari bolong. Ku hempaskan kepalaku disandaran kursi mobil yang sebenarnya tidak empuk ini. Ya, hari ini aku mudik, pulkam atau apalah sebutan perjalanan orang kembali ke kampung halaman dari negeri rantau. Aku mudik bersama dengan teman ku satu SMA dulu. Oya, aku Aisyah seorang mahasiswi bertubuh mungil yang terkadang orang menilai aku masih anak SMA, aku kuliah diprogram studi Agroekoteknologi sebuah PTN di Sumatera Selatan. Temanku bernama Oya, tubuhnya hampir sama dengan aku. Terkadang kami dibilang kembar walau beda. Hehehe... ya, karena dia memiliki paras yang lebih cantik dari aku. Oya sendiri kuliah di jurusan Arsitektur di PTN yang sama denganku. Ke pulangan kami kali ini dalam rangka liburan akhir semester genap. Walau libur cukup lama namun, g’ bisa merasakannya. Karena, aku ambil SP dan juga banyak kegiatan yang harus dilaksanakan jadi harus sering ngampus dech, tadi saja sebelum berangkat aku harus ke kampus dulu untuk rapat, hm...bukan sok sibuk sich tapi memang tuntutan propesi, he.... Aku pulang sebelum jadwal SP mulai, walau cuma satu minggu tak apalah, sudah cukup menghapus rindu pada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman.

***
        Aku masih menyandarkan kepalaku pada sandaran bangku, tiba – tiba rasa penasaran melihat keadaan keluar memuncak, membumbung, memenuhi kepalaku. Otakku terus berputar, rangsangan dari rasa penasaran tadi diterima baik oleh otak sampai akhirnya dengan keberanian, ku buka tirai jendela. Mataku berbinar, rasa bahagia terpancar dari wajahku. Ku tatap lekat – lekat, ku perhatikan dengan seksama, perlahan ku baca tulisan yang tertulis disebuah tembok yang berdiri kokoh. “SELAMAT DATANG DI PROPINSI LAMPUNG”, ku usap mataku, ku belalakan kembali bola mataku, ku baca ulang tulisan itu untuk meyakinkan diriku sendiri. Ternyata benar, aku tak sedang bermimpi. Untuk meyakinkan kembali ku cubit lenganku, Au...rasa sakit menjalar dari cubitanku, akhirnya aku yakin dengan apa yang aku lihat. Rasa senang tak dapat ku pendam, senyum tipis ku lukis diwajahku. “Alhamdulillah…”rasa syukur dengan spontan keluar dari mulutku. Namun perjalanan masih panjang, masih harus menunggu 2 – 3 jam lagi.
            Aku memang berasal dari daerah siger mas, propinsi Lampung, tak jauh dari Sumatera Selatan, pernah waktu itu ada yang bertanya mengapa aku ke sumsel? Mengapa tidak ke Jawa saja, biar sekalian jauh. Dengan tenang aku selalu menjawab, ”ah, g’ apa – apa, toh sama saja”, sambil terukir senyum tipis di wajahku. Menurutku dimanapun aku menuntut ilmu itu tak masalah bagiku asalkan aku rajin dan tekun pasti hasilnya akan sama saja dengan yang belajar di luar negeri sekalipun. Bukan sombong atau apa, ini hanya ucapan untuk menguatkan diriku, untuk menyadarkanku akan realita yang ada.
Semenjak memasuki propinsi tercinta pandang mataku tak pernah lepas dari pemandangan sekitar. Tiba – tiba ku rasakan ada yang mencolek lenganku, ku alihkan pandanganku ke orang berbadan gemuk yang duduk disebelahku. “mau apa sich?”pikirku. Ini nich salah satu bahaya seorang perempuan melakukan perjalanan jauh, makanya agama kita mengatur juga masalah perjalanan jauh untuk seorang muslimah, indahnya agamaku.
“temen kamu uda mau turun, kamu g’ turun?tanyanya sambil menunjuk temenku yang sedang bersiap – siap akan turun.
“mmm…beda ko’. Jawabku sambil memandang temenku.
Yah, bentar lagi temenku turun, berarti bentar lagi dia akan segera bertemu dengan kedua orang tuanya. Huh, aku masih harus menunggu 2 – 3 jam lagi. Kembali ku tatap keluar, fikirku melayang menjelajah keluar.
***
        Perjalanan sudah cukup lama, akhirnya sampai juga di Simpang Pematang, tak jauh dari situ Simpang Penawar, dan terus sampai Unit II yang disitu terdapat pasar pusat kabupaten ku, yang selalu ramai oleh para pedagang dan pembeli. Hm…indahnya kabupatenku, Tulang Bawang …
Tiba – tiba ku tersentak, terbangun dari lamunku, syaraf sadarku bekerja.
“ sudah sampai Unit II…Ya Allah semoga tidak berhenti di RM Gadang Jaya I, bisa – bisa nyampai rumah jam 10 malam.” Do’aku dalam hati.
            Bis terus melaju, akhirnya Allah kabulkan do’aku, bis tak berhenti di RM. Hm…tak lepas mataku memandang sekitar, rumah – rumah penduduk diatas aliran Way Tulang Bawang, ikan asin khas Menggala terjejer dipelataran, sengaja diletakkan disitu untuk menarik para pejalan jauh. Ku rasakan suasana masih sama. Tapi, entah mengapa makin lama ku rasakan makin lama, laju mobil ini makin pelan saja. Bikin aku geram…ingin rasanya ku berlari kedepan mengambil alih kemudi atau lebih baik aku loncat keluar saja lalu berlari sekuat tenaga.
”Tuit!!!”bodoh!!! itu tak mungkin Aisyah…” ku terbangun dari angan – angan konyolku.
Setelah ku lihat – lihat, “o…ternyata macet.”ucapku dalam hati sambil terbentuk huruf o kecil pada mulutku tak bulat sempurna.
“Huft…” dengusku.
“hm…bakal lama nech!” batinku.
            Satu jam kemudian mobil yang ku tumpangi telah memasuki kota Menggala, tampak disana Sessat agung rumah adat Lampung, kemudian pasar pagi, dan yang paling bersejarah Islamic center, asrama tercinta selama tiga tahun, sekarang sepi g’ kayak dulu saat aku dan teman – temanku tinggal disana. Jadi kangen sama alumni SMANDA GALA ’06. Kota Menggala telah terlewati sekarang memasuki kampung tua, tampak jelas di mataku SMA tercinta SMANDA GALA, walau sakit yang tergores di hati ini, tapi disanalah selama tiga tahun aku menuntut ilmu. Tak jauh dari sekolahku terdapat RSUD Menggala dan sebenarnya ini dulu yang membuat kami selalu bersyukur, menghibur diri dari kekesalan kami pada Bupati yang telah mencanangkan program sekolah gratis, kami menghibur diri dengan ali - alih karena bersebalahan dengan rumah sakit jadi kalau ada apa – apa bisa langsung kesana tanpa harus mengeluarkan biaya lebih untuk transportasi, apalagi jika pihak rumah sakit sudah sudah tak sanggup maka langsung aja dibawa kedepan sekolah, soalnya disana adalah pemakaman umum. He…maka dari itu sekolah kami dijuluki sekolah paling strategis (kerenkan?). didepan rumah sakit berdiri kokoh, menjulang tinggi universitas Megou Pak Tulang Bawang.
            Kemudian, ku lirik jam di handphoneku, ups…ternyata hpku mati. Kira – kira saat ini pukul 18.30, berarti tak lama lagi bakalan sampai diperempatan deket loket tempat biasa aku turun. Aku sudah tak sabar. Larut kembali dalam lamunan.
Entah berapa lama telah berlalu, tampak tugu perbatasan yang tertuliskan SELAMAT JALAN DARI KABUPATEN TULANG BAWANG, berarti tak jauh lagi. Ku kenakan jaket organisasi tercinta di kampus di belakang jaket itu tertulis dengan jelas KULIAH DIUTAMAKAN, DAKWAH DIWAJIBKAN, kata – kata yang selalu membuat aku merinding setiap membacanya. Lalu, ku kalungkan tali tasku pada pundakku, ku raih plastik yang berisi oleh – oleh, walau cuma kelengkeng. Kemudian, ku berjalan dengan mantap kedepan, seperti seorang mujahidah menerobos musuh dalam peperangan (g’ segitunya kale’) setelah dekat dengan pak sopir, dengan pembawaan yang berwibawa, dengan ucapan yang diplomatis ku ucapkan satu kata, “STOP!!!”
Hm…entah suaraku yang kurang kuat atau pak sopir yang g’ denger ya? terlewat 100m, bt’ dech, akhirnya dengan lemah, letih, lesu, lunglai aku turun lalu berjalan menuju loket. Sesampainya di loket mata memandang liar sekeliling. clingukan. Akhirnya mataku mendapati sesosok yang sedari tadi dicari, “bapak!!!”teriakku. kusalami tangannya, kucium punggung tangannya. Tanpa menanyakan kabarku, bapak langsung ngomel, karena pukul 19.20 aku baru sampai. Hanya maaf yang bisa ku ucapkan. Kemudian aku pulang ke rumah dengan dibonceng bapakku dengan motor butut kami. Kurang lebih butuh waktu 40 menit untuk sampai di rumah. Walau sedang mengendarai motor bapakku masih saja ngomel padaku, huft…yah jurus paling ampuh, ku pergunakan, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
            Ku pandangi keadaan sekitar, tak ada yang berubah, karena belum lama ku tinggalkan. Mataku pun terpesona pada indahnya sinar bintang – bintang di langit, semakin menarik berpadu dengan sayunya sinar rembulan yang masih tampak separuhnya.
“Subhanallah! Indahnya ciptaan-MU Ya Rabb!!!”seruku dalam hati.
Suasana jadi sepi, karena bapakku sudah berhenti mengomeli ku, mungkin sudah capek, sekarang beliau lebih fokus dengan jalanan dan motor. Kantuk menyerangku, ku sandarkan kepalaku pada punggung bapakku, aku rindu saat – saat seperti ini. Ingatan ku jauh kebelakang mengungkap kembali peristiwa – peristiwa yang ku alami dengan bapak saat usiaku masih belita, aku selalu digendongnya. Saat – saat yang selalu ku rindu. Tertidur.
            Tiba – tiba saja ku rasakan tubuhku seakan – akan ingin terjatuh, sontak ku buka mataku. Ternyata, bapakku mengendarai motor bak Valentino Rossi bukan karena bapakku ingin ugal – ugalan tapi jalanan berlubang dengan lubang yang tak tertata letaknya sehingga harus ngepot – ngepot.
            Akhirnya kami sampai di pasar Mulya Asri, ramai. Hm…sudah lama g’ maen ke pasar, ingin rasanya…tapi belum sempat niat itu terucap, aku teringat dengan isi dompetku, huh gagal dech buat shopping. Sudah terbayang suasana ramai pasar esok hari, apalagi esok pasaran di pasar Dayamurni.
”arep mangan dikek ora?” bapak bertanya padaku, membuat lamunanku buyar. ”ah, engga’ males, maem nang omah wae!” jawabku. Aku memang tinggal di Lampung, namun bapak dan ibuku asli suku Jawa, dan keseharian di rumah kami selalu menggunakan bahasa Jawa.
            Motor terus melaju, tanjakkan demi tanjakkan kami lewati, suasana saat itu tidak terlalu sepi, malah terlihat beberapa remaja duduk – duduk sambil mangobrol di halaman rumah salah satu dari mereka.
***
Akhirnya 40 menit terlewati sudah, tepat pukul 08.00 aku sampai di rumah dengan senyum sumringah khas ibuku, aku disambut. Ku salami tangannya, ku cium punggung tangannya, diciumnya kedua pipiku. Setelah itu ku kira ibu akan menanyakan kabarku baik – baik sajakah. Tapi, ibu tak ubahnya seperti bapak, aku langsung diomelin. Huft…jurus ampuhku ku keluarkan lagi. Lalu ku berlari ke kamarku, ku hempaskan tubuhku di kasur, ah aku kangen kamar ini. Tidur.