I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam menangani OPT (organisme pengganggu tanaman)
petani dewasa ini sering menggunakan pestisida. Pestisida merupakan zat yang
mampu membasmi OPT.
Menurut UU RI No. 12/1992 : Pestisida adalah zat atau senyawa
kimia, zat pengatur, dan perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik
atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Misalnya :
insektisida, rodentisida, repelen dan antraktan.
Pestisida mencakup bahan – bahan yang beracun
sehingga perlu hati – hati dalam penggunaannya. Oleh karena itu pestisida dalam
bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan terlebih
dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan
untuk meningkatkan sifat – sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan,
penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisidan. Pestisida yang
dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya, pemakai tinggal
mengikuti petunjuk yang ada dilabel.
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan
pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama
pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari struktur kimianya, bahan
aktif ini bisa digolongkan menjadi kelompok organic sintetik, orgnik alamiah dan
inorganic. Bahan aktif ini jenisnya sangat banyak sekali. Tahun 1986 badan
proteksi lingkungan amerika serikat mencatat ada 2600 bahan aktif yang sudah
dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35000 formulasi atau merek dagang.
Ketika membeli pestisida di kios-kios pertanian sering
kita menjumpai akhiran nama angka dan huruf kapital. Sebagai contoh Dithane 80
WP yang artinya dalam 1 Kg dithane terkandung 8 00 gr (80 %) mankozeb dan
bentuk pestisida tersebut adalah WP (Wettable Powder), atau tepung yang akan tersuspensi
jika dicampur air. Untuk lebih jelasnya dalam laporan ini akan dibahas mengenai
formulasi pestisida.
B. Tujuan
Untuk mengetahui jenis –
jenis pestisida yang ada di pasaran.
II.
HASIL
dan PEMBAHASAN
A.
HASIL
NO
|
NAMA
PESTISIDA
|
BENTUK
FORMULASI
|
JENIS PESTISIDA
(SASARAN)
|
BAHAN
AKTIF
|
1.
|
Buldok 25 EC
|
Emulsifiable
concentrate
|
Insektisida
|
Beta-siflutrin 25 g/l
|
2.
|
Audit 486 AS
|
Aeous Solution
|
Herbisida
|
Isopropilamina glifosfat 486 g/l
|
3.
|
Erkafuron 20WG
|
Water granule
|
Herbisida
|
Metil metsulfuron 20%
|
4.
|
Gonfidor 200 SL
|
Soluble liquid
|
Insektisida
|
Imidakloprid 200 g/l
|
5.
|
Revus opti 440 Sc
|
Soluble concentrate
|
Fungisida
|
Mandipropamid 40 g/l & klorotolonil 400
g/l
|
6.
|
Folicur 25 WP
|
Wettable powder
|
Fungisida
|
Tebukonazol 25%
|
7.
|
Agronil 75 WP
|
Wettable powder
|
Fungisida
|
Klorotalonil 75%
|
8.
|
Explore 250 EC
|
Emulsifiable
concentrate
|
Fungisida & ZPT
|
Difenokonazol 250g/l
|
9.
|
Predict 50 EC
|
Emulsifiable
concentrate
|
Insektisida
|
|
10.
|
Guela 12,5 PA
|
PA
|
ZPT
|
Ethepon 12,5%
|
B.
Pembahasan
Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang
ditujukan untuk meningkatkan sifat – sifat yang berhubungan dengan keamanan,
penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisidan. Formulasi pestisida yang
dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active
ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan
ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari struktur
kimianya, bahan aktif ini bisa digolongkan menjadi kelompok organic sintetik,
orgnik alamiah dan inorganic. Bahan aktif ini jenisnya sangat banyak sekali.
Tahun 1986 badan proteksi lingkungan Amerika Serikat mencatat ada 2600 bahan
aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35000 formulasi atau merek
dagang.
Bentuk pestisida
yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam. Formulasi ini perlu
dipertimbangkan oleh calon konsumen sebelum membeli untuk disesuaikan dengan
kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektifitasnya.
Formulasi biasanya
digunakan kode dibelakang nama dagangnya. Sebagai contoh Dithane 80 WP yang artinya
dalam 1 Kg dithane terkandung 8 00 gr (80 %) mankozeb dan bentuk pestisida
tersebut adalah WP (Wettable Powder), atau tepung yang akan tersuspensi jika
dicampur air. Dibawah ini akan disebutkan beberapa kode formulasi pestisida
yang sering digunakan di pasaran.
Ø Formulasi cair
1)
EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible
Cocentrate).
EC
adalah larutan pekat
pestisida yang diberi emulsifier (bahan
pengemulsi) untuk memudahkan
penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak
dalam air. Suspensi minyak dalam air ini
merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang
menyebabkan penyebaran butir-butir kecil
minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Sediaan berbentuk
pekatan (konsentrat) cair ini memiliki konsentrasi bahan aktif yang cukup
tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan
membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC
umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan
cara lain.
2)
Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble
Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC,
tetapi bila decampur air tidak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan
homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
3)
Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC)
Pestisida
yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang
mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini digunakan dengan cara
disemprot.
4)
Soluble (SL)
Pekatan
cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan
dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
5)
Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW)
Formulasi
ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW
akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang
dibasahkan.
6)
Ultra Low Volume (ULV)
Sediaan
khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot
antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa
harus dicampur dengan air.
Ø Formulasi padat
1)
Wettable Powder (WP)
Formulasi WP bersama EC
merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP
adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi
yang penggunaannya dengan cara disemprot.
2)
Soluble powder (S atau SP)
Formulasi bentuk tepung
yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga
digunakand enga cara disemprotkan.
3)
Granule (G)
Butiran yang umumnya
merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran
digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan
atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan
tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand
granular.
4)
Water Dipersible Granule (WG atau WDG) .
WDG atau WG berbentuk
butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus
diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
5)
Seed dreesing (SD).
Sediaan berbentuk
tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih.
6)
Dust (D).
Sediaan siap pakai
dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
7)
Bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).
Merupakan formulasi
siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
Dalam
brosur yang saya pakai pada praktikum ini dapat diambil contoh yaitu Buldok 25
EC yang artinya bentuk dari pestisida ini adalah emulsifiable concentrate yang
dalam penggunaannya cukup diberi air agar teremulsi.
Dalam
suatu formulasi terdapat bahan aktif, bahan pembantu (adjuvant), dan bahan
pembawa (carier). Bahan aktif yaitu bahan yang merupakan senyawa kimia atau
bahan lain yang memiliki efek sebagai pestisida. Adjuvant yaitu bahan atau senyawa
kimia yang ditambahkan didalam pestisida dalam proses formulasi agar mudah
diaplikasikan. Carier yaitu bahan yang digunakan untuk menurunkan konsentrasi
produk pestisida tergantung pada cara penggunaan yang diinginkan.
Pada buldok 25
EC bahan aktif yang digunakan yaitu beta-siflutrin 25 g/l, angka 25 pada merk
dagang menunjukkan jumlah banyaknya bahan aktif. Contoh lain yaitu audit 486 AS
dalam audit bahan aktif yang digunakan yaitu isopropilamina glifosat 486 g/l.
III.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Formulasi
pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan
sifat – sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan
(handling), penggunaan, dan keefektifan pestisidan.
2. Terdapat
dua bentuk formulasi pestisida yaitu formulasi cair dan formulasi padat.
3. Dalam
formulasi terdapat tiga bahan yaitu bahan aktif, adjuvant dan carier.
4. Huruf
akhir pada nama dagang (merk) menunjukkan bentuk formulasi suatu pestisida.
5. Angka
pada merk pestisida menunjukkan jumlah bahan aktif yang dikandung.
B. Saran
Pahami lagi tentang formulasi
karena sangat penting dalam aplikasi pestisida, agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto,
Panut.2008.Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.Yogyakarta; Kanisius.
Maspary.
2010. Pentingnya Memahami Formulasi Pestisida. (online) (http://google.com, diakses, 18
maret 2011).
siiiiip......
BalasHapus